SELAMAT DATANG

Rabu, 24 November 2010

Cara Mengubah Password Facebook

Trik Cara mengubah/merubah password akon facebook adalah sebagai berikut.

Anda dapat mengubah password akon facebook kamu, mungkin saja disebabkan oleh karena password kamu diketahui teman kamu sehingga merasa tidak aman lagi. nah jangan kuatir, anda dapat menggantinya agar facebook kamu aman.

Trik pertama adalah klik menu Pengaturan pojok kanan atas pada facebook, kemudian akan keluar baris siperti di bawah ini. kemudian klik 1x Pengaturan Akun. Lihat gambar di bawah.

Kemudiana akan keluar halaman seperti gambar di bawah. Pada bagian Kata Sandi, klik menu ganti yang ada di bagian kanan atas. lihat gambar di bawah.

Kemudian akan keluar halama seperti di bawah ini.
  1. Isikan password / kata sandi lama kamu.
  2. Isikan password / kata sandi Baru kamu.
  3. Isikan Lagi password / kata sandi Baru kamu.
  4. Klik tombol Ganti Kata Sandi jika telah selesai.

Selesai deh.. dan selamat mencoba ya... trik trik facebook semua lengkap di sini..

Semoga bermanfaat............

Sabtu, 20 November 2010

Harta Yang Paling Berharga



Harta milik yang paling berharga bagi seorang pria di dunia ini adalah ..

hati seorang wanita.
Begitu juga Persahabatan, persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga
Persahabatan sejati layaknya kesehatan,
nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya.
Seorang sahabat adalah yang dapat mendengarkan lagu didalam hatimu
dan akan menyanyikan kembali tatkala kau lupa akan bait-baitnya.
Rasa hormat tidak selalu membawa kepada persahabatan,
tapi jangan pernah menyesal untuk bertemu dengan orang lain…
tapi menyesal-lah jika orang itu menyesal bertemu dengan kita.
Bertemanlah dengan orang yang suka membela kebenaran.
Dialah hiasan dikala kita senang dan perisai diwaktu kita susah.
Namun kita tidak akan pernah memiliki seorang teman, jika kita mengharapkan seseorang tanpa kesalahan.
Karena semua manusia itu baik kalau kita bisa melihat kebaikannya dan menyenangkan kalau kita bisa melihat keunikannya tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan kalau kita tidak bisa melihat keduanya.

Begitu juga Kebijakan, Kebijakan itu seperti cairan, kegunaannya terletak pada penerapan yang benar, orang pintar bisa gagal karena ia memikirkan terlalu banyak hal, sedangkan orang bodoh sering kali berhasil dengan melakukan tindakan tepat.
Dan Kebijakan sejati tidak datang dari pikiran kita saja, tetapi juga berdasarkan pada perasaan dan fakta.
Tak seorang pun sempurna. Mereka yang mau belajar dari kesalahan adalah bijak.
Menyedihkan melihat orang berkeras bahwa mereka benar meskipun terbukti salah.
Apa yang berada di belakang kita dan apa yang berada di depan kita adalah perkara kecil berbanding dengan apa yang berada di dalam kita. Kita tak bisa mengubah masa lalu…. tetapi dapat menghancurkan masa kini dengan mengkhawatirkan masa depan.
Bila Kita mengisi hati kita … dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan, kita tak memiliki hari ini untuk kita syukuri.
Jika kita berpikir tentang hari kemarin tanpa rasa penyesalan dan hari esok tanpa rasa takut, berarti kita sudah berada dijalan yang benar menuju sukses.


http://penacinta.wordpress.com/2007/02/28/harta-yang-paling-berharga/

Jumat, 19 November 2010

Muslimah, Antara Siap dan Ingin Menikah



Pernikahan Idham dan Rani berlangsung lancar. Kawan-kawan kuliah keduanya banyak yang datang, walaupun resepsi itu dilakukan jauh dari kota dimana mereka berdua menuntut ilmu. Di sudut ruangan, tampak sekelompok akhwat sedang menikmati hidangan. Mereka sedang menggoda Rifa, sahabat Rani, kapan Rifa akan segera menyusul Rani. Ditanya begitu, Rifa hanya tersenyum, dan menjawab, “Jika saatnya tiba.”
Namun tak lama setelah kejadian itu, timbul perasaan-perasaan ingin mengitu jejak Rani di hati Rifa. Meski Rifa sendiri masih galau, apakah dirinya benar-benar sudah siap atau hanya ingin menikah????


Sahabat Muslimah…Banyak akhwat yang mengalami peristiwa yang dialami Rifa dalam ilustrasi diatas. Beberapa diantaranya rata-rata masih tercatat sebagai mahasiswi. Memang, menikah dini di kalangan mahasiswa akhir-akhir ini seolah menjadi trend yang sedang berkembang.

Sahabat Muslimah… Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seorang akhwat ingin segera mengakhiri masa lajangnya, antara lain:

1. Karena faktor usia

Banyak akhwat yang merasa gelisah karena usia yang sudah cukup untuk menikah, namun belum juga ditunjukkan siapa pendampingnya.

2. Melihat teman yang sudah menikah

Adakalanya, jika teman kita sudah menikah, mereka bercerita kepada kita, betapa indah dan menyenangkannya hidup berumah tangga, sehinga membuat kita ingin segera merasakannya.

3. Dipanas-panasi

Tak dipungkiri, di sebagian kalangan akhwat, salah satu topik favorit yang sering dibicarakan adalah seputar ikhwan dan nikah. Lambat laun, karena seringnya membicarakan hal itu, membuat hati sebagian akhwat kebat-kebit.

Apalagi jika sudah ditambah bumbu-bumbu tertentu. Itulah sebabnya mengapa kita dilarang untuk membicarakan hal-hal yang tidak perlu, karena bisa saja membuat hati kita kotor.

Sebagian lagi beralasan, mereka ingin segera menikah untuk menjaga diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Bukan alasan yang salah sebenarnya. Tapi acapkali, karena terburu-buru ingin menikah, banyak hal yang lupa dipersiapkan.

Sahabat muslimah… Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan ketika kita memutuskan untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Antara lain:

1. Kesiapan Pemikiran yang mencakup:

a. Kematangan Visi Keislaman
Hal ini dimaksudkan, agar pasangan suami istri mempunyai frame yang sama mengenai Islam sebagai dasar rumah tangga, agar rumah tangga benar-benar bernilai ibadah, tidak hanya sebagai pemuas kebutuhan biologis saja. Dengan ajaran Islam sebagai landasan rumah tangga, diharapkan, rumah tangga tersebut dapat menjadi rumah tangga yang sakinah mawaddah warrohmah.

b. Memiliki kematangan visi kepribadian
Disamping beragama secara kultural, banyak juga orang yang landasan keislamannya di bangun oleh emosi. Namun karena tidak dilandasi oleh pengetahuan Islam yang kuat, kadang membuat sebagian orang cepat futur, bosan dan lain sebagainya. Jika hal ini terjadi dalam rumah tangga, bisa menjadi sebab timbulnya kegagalan seseorang dalam berumah tangga.

2. Kesiapan Psikologis

Kematangan psikologis yang dimaksud adalah kematangan atau kesiapan tertentu secara psikis, untuk mengahadapi berbagai tantangan yang akan dihadapi selama hidup berumah tangga. Seringkali karena secara psikologis kondisi seseorang belum siap, membuat pasangan suami istri tidak siap dengan berbagai kondisi pasca nikah.

3. Kematangan Fisik

Ada beberapa hal yang menjadi persyaratan mutlak dalam sebuah perkawinan menurut Islam, yang berkaitan dengan fisik. Antara lain :

a. Seorang laki-laki atau wanita yang akan menikah harus yakin bahwa alat-alat reproduksinya berfungsi dengan baik.

Karena salah satu sebab perceraian yang diperbolehkan dalam Islam adalah karena alat reproduksi pasangannya tidak berfungsi dengan baik.

b. Usia

Kita juga harus menyadari, bahwa secara fisik, kita benar-benar sudah siap menikah. Itulah kenapa sebabnya seorang wanita dianjurkan untuk tidak menikah dalam usia yang masih dini. Banyak kasus yang terjadi, dimana anak-anak yang baru keluar dari sekolah dasar (usia sekitar 12-13 tahun) langsung dinikahkan. Di Barat, ada survey yang membuktikan, bahwa orang-orang yang melakukan hubungan seksual terlalu muda, pada umumnya di atas usia tiga puluh tahunan akan mengalami hambatan-hambatan fisik.

Meskipun sekali lagi, tidak ada kriteria tertentu kapan seseorang menjadi matang secara fisik. Ada kasus-kasus tertentu, seperti halnya orang-orang tua zaman dulu, banyak yang tetap sehat dan memiliki keluarga besar, meskipun menikah dalam usia yang masih sangat muda.

c. Kesehatan

Sebelum menikah, usahakan mengetahui kondisi fisik dan kesehatan calon pasangan kita. Kalau bisa, ketahui juga kesehatan keluarga calon pasangan kita itu, karena biasanya ada penyakit tertentu yang merupakan penyakit keturunan.

4. Kesiapan Finansial

Perkawinan juga merupakan kerja ekonomi, tidak hanya cukup dengan cinta. Bukan berarti seorang muslimah harus materialistis. Namun hal ekonomi/finansial kadang menjadi pemicu konflik dalam rumah tangga. Meskipun ada beberapa pasangan yang merasa cukup hanya dengan bekal cinta saja, akan lebih baik jika kita mempersiapkan finansial sejak jauh-jauh hari.

Sahabat muslimah… Menikah adalah sebuah Mitsaqan Ghalizhan, perjanjian yang sangat berat. Banyak konsekuensi yang harus dijalani suami istri dalam berumah tangga. Jangan pernah mengambil keputusan untuk menikah hanya karena ‘ingin’, sementara banyak faktor yang belum kita persiapkan. Jika sejak awal kita sudah mempersiapkan mahligai rumah tangga yang akan kita bina, niscaya kebahagiaan dunia dan akhirat akan kita rasakan. InsyaAllah. Maka, apakah sahabat sudah ingin menikah, atau benar-benar siap dengan pernikahan ???

sumber http://www.manajemenqalbu.com

http://cintakalbar.blogspot.com/2009/02/muslimah-antara-siap-dan-ingin-menikah.html

ANTARA BENCI DAN CINTA


Benci dan cinta, selalu ada dalam hati manusia. Adalah fitrah, bila manusia mencintai sesuatu yang menyenangkan hatinya, dan membenci segala yang menyusahkannya. Yang harus diperhatikan, seorang muslim hendaknya selalu menimbang rasa benci dan cintanya, berdasarkan syariat Allah l. Ia harus mencintai apa yang dicintai-Nya, dan membenci apa yang dibenci oleh-Nya. "TERJALNYA" JALAN KE SURGA

Surga adalah impian dan cita-cita tertinggi setiap mukmin. Namun, untuk menuju ke sana, seseorang harus melalui berbagai ujian dan rintangan. Sebaik-baik bekal yang mesti dibawa adalah takwa. Yaitu menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. Itulah yang berat, dan membuat jalan ke surga menjadi "terjal" atau sulit dilalui. Hanya orang-orang yang terpilih dan mendapat hidayah-Nyalah yang akan berhasil melaluinya.

Setiap orang akan mendapatkan ujian sesuai dengan kadar keimanannya. Semakin tinggi imannya, semakin berat pula ujiannya. Rasulullah n pada permulaan dakwahnya, banyak menghadapi celaan, caci-maki, hinaan, bahkan tindakan kasar dan keji dari kaumnya. Namun beliau tetap bersabar. Ketika pamannya, Abu Thalib meminta beliau untuk menghentikan dakwahnya, beliau menjawab, "Wahai pamanku, meskipun matahari diletakkan di tangan kananku, dan rembulan di tangan kiriku, aku tak akan menghentikan dakwahku, hingga maut menjemput diriku." Itulah bukti cinta Rasulullah n kepada Allah l, sekaligus kepada kaumnya.

Sesungguhnya, Rasulullah n sangat menyayangi pamannya itu. Namun, ketika pamannya memerintahkan suatu perkara yang bertentangan dengan perintah Allah l, beliau dengan tegas menolaknya. Kemudian, setelah Islam berkembang pesat dan mengalami kejayaannya, Rasulullah n tidaklah sombong dan menepuk dada.

Beliau n juga tetap amanah dan hidup sederhana, meski ada kesempatan untuk bermewah-mewah. Beliau tetap tawadhu', dan memperbanyak amal ibadah. Shalat malam, puasa sunnah, memperbanyak dzikir dan istighfar, itu adalah "makanan" sehari-harinya, yang diteladani oleh para sahabatnya yang mulia. Semua itu tetap beliau dan para sahabatnya lakukan, meski di antara mereka sudah dijamin surga! Itulah wujud cinta dan tanda syukur mereka kepada-Nya. Hati mereka sudah dipenuhi dengan keagungan nama-Nya.

Jiwa mereka sangat merindukan untuk dekat dengan-Nya. Kini, bagaimanakah dengan kita? Sampai di mana usaha kita untuk dapat meraih surga-Nya? Kesibukan dunia, ternyata telah banyak melalaikan kita dari-Nya. Shalat yang lima waktu saja sering terlambat, bahkan kadang terlewatkan (na'udzubillaah).

Shalat malam? Jangankan bangun untuk mengambil air wudhu kemudian shalat di pertengahan malam. Saat adzan subuh pun, kadang masih malas untuk bangun. Lebih nikmat berselimut dan memeluk bantal, daripada memenuhi panggilan-Nya. Astaghfirullaah.

"MULUSNYA" JALAN KE NERAKA

Dalam kamus setan, tak dikenal kata menyerah dan putus asa, selama itu demi menyukseskan misi abadinya, untuk menyesatkan manusia: ke neraka. Sejauh mungkin, dengan apa pun caranya, bagaimana pun bentuknya, serta kapan pun waktunya.

Setan akan senang sekali, bila melihat manusia memilih jalan ke neraka. Ia juga akan membantu manusia untuk melaluinya, serta menghiasi berbagai sarana yang menjadikan manusia tertarik padanya. Beberapa jalan setan untuk menjebak manusia di antaranya:

- Indahnya syahwat

Nafsu syahwat senantiasa ada dalam diri manusia. Terkadang ia bergejolak dan menggelegak, menghentak-hentak, minta segera disalurkan. Allah l telah memberi solusi penyaluran syahwat ini melalui pernikahan, dengan segala hikmahnya yang agung.

Namun, setan pun memberi solusi dengan berbagai cara lain yang sudah pasti haram, meski banyak manusia menyukainya. Misalnya dengan pacaran yang dilanjutkan dengan hubungan di luar nikah, berselingkuh dengan PIL, WIL atau PSK.

Cara ini, bagi sebagian orang justru lebih nikmat dan disukai. Adakalanya mereka lebih mencintai pasangan selingkuhnya, daripada pasangan sahnya. Jelas, yang seperti ini sangat tercela dan berdosa.

- Nikmatnya narkoba

Narkoba, dengan segala bentuknya, juga merupakan perangkap setan yang tampak indah dan nikmat, dalam pandangan sebagian orang. Bagaimana tidak? Dengan mengonsumsinya, seseorang bisa seolah "terbebas" dari segala macam keruwetan dan masalah kehidupan.

Seseorang bisa melepaskan segala stres dan kepenatan, juga kejenuhan. Karena narkoba akan membawanya terbang ke awang-awang...jiwa terasa bebas dan segala beban pun lepas.... Namun...itu hanya terjadi sesaat saja. Setelah itu, seluruh tubuh akan terasa sakit dan ngilu, karena narkoba telah merusak berbagai organ vital di dalamnya. Efek ketagihan pun menyertai. Rasa sakit tak akan reda bila pengonsumsian dihentikan....

- Harta yang menggoda

Hampir setiap manusia mencintai harta. Allah l telah memberikan rambu-rambu pada manusia untuk memperolehnya. Di antaranya dengan ayat-ayat yang menjelaskan halalnya jual beli dan haramnya riba. Juga dengan ayat yang menjelaskan keharaman memperoleh harta dengan menzhalimi orang lain.

Sayang, meskipun rambu-rambu itu begitu jelas dan tegas, masih banyak manusia yang "tertarik" untuk melanggarnya. Praktik riba, merebak di mana-mana. Korupsi, sudah menjadi tradisi sebagian masyarakat negeri ini. Pencurian, perampokan, dan berbagai tindak kriminal lainnya frekuensinya kian meningkat tajam. Semua itu adalah pertanda, bahwa banyak manusia telah "kehilangan" hati nuraninya. Mereka tak merasa bersalah sedikit pun, atau merasa sayang dan kasihan kepada orang-orang yang mereka aniaya. Hukum rimba telah berlaku di alam manusia.

- Kesombongan yang tak terasa

Sikap sombong dan membanggakan diri, terkadang juga menghinggapi jiwa manusia, baik disadari atau tidak. Orang yang sombong, hanya mencintai dan mau bergaul dengan orang-orang yang dipandang "sederajat" dengannya. Bila ia kaya dan berpangkat, ia enggan bergaul dengan orang-orang miskin, yang tidak sederajat dengannya. Tak jarang, mereka bersikap tidak pantas kepada orang-orang yang dianggap rendah. Mereka juga merasa berat, untuk mengeluarkan zakat.

Hendaknya, kita senantiasa berusaha menjauhi sikap sombong ini, sekecil apa pun, karena Rasulullah n bersabda, "Kelak akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit sombong, kufur nikmat dan lupa daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka terjerumus dalam jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri, dengki, dan dendam sehingga mereka melakukan kezhaliman (melampaui batas)." (Riwayat al-Hakim)

- Memandang bid'ah sebagai kebajikan

Di antara kita, banyak pula yang sangat mencintai amalan-amalan yang dipandang sebagai kebajikan, padahal kenyataannya adalah kebid'ahan. Di antaranya adalah tahlilan dan yasinan setelah kematian seseorang. Atau memperingati kelahiran (maulid) maupun kematian (khaul) seseorang yang dipandang sebagai orang shalih.

Sungguh, bila yang seperti itu adalah kebajikan dan suatu yang perlu dilestarikan, maka Rasulullah n dan para sahabatnya adalah generasi pertama yang akan melakukannya.

MEWUJUDKAN CINTA PADA SESAMA

Setelah mengetahui lika-liku jalan ke surga dan tipu daya jalan ke neraka, maka seorang mukmin harus selalu mengupayakan dirinya untuk meniti jalan menuju surga, dan mengajak orang-orang terdekatnya untuk berbekal dengan takwa.

Setiap mukmin, tentu mencintai keluarganya. Setiap kita yang mencintai keluarga, tentu tak akan rela bila di antara mereka masuk neraka. Karena itulah, demi cinta kita, kita harus melaksanakan perintah Allah l,

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (At-Tahrim: 6)

Kepada mereka, yaitu suami atau istri kita, orangtua serta anak-anak kita, kita harus berusaha melakukan amar ma'ruf nahi mungkar (mengajak pada kebajikan dan mencegah kemungkaran), semampu kita. Bagaimana kalau mereka melakukan kemaksiatan? Kita harus berusaha menasihatinya, diiringi dengan doa, agar Allah l menyadarkan dan memberi hidayah kepada mereka.

Dalam lingkup yang lebih luas, cinta pada sesama harus kita wujudkan pula dengan beramar ma'ruf nahi mungkar di lingkungan terdekat kita, yaitu tetangga dan sanak famili.

YANG MESTI KITA BENCI

Segala jalan ke neraka, itulah yang selayaknya kita benci dan jauhi. Demikian pula dengan orang-orang kafir serta orang yang suka menentang kebenaran risalah yang dibawa Rasulullah n, hendaknya kita tidak menjadikan mereka sebagai teman dekat.

Allah l berfirman,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu..." (Al-Mumtahanah: 1)

Semoga kita tidak akan salah lagi dalam menempatkan benci dan cinta....Kita benci apa yang dibenci-Nya, dan kita cintai apa yang dicintai-Nya.

http://cintakalbar.blogspot.com/2009/02/antara-benci-dan-cinta.html

Cinta Sejati Atau Cinta Buta



Terkadang kita bertanya pada diri sendiri tentang perasaan seseorang, baik terhadap diri kita sendiri, keluarga, sahabat maupun orang lain. Apakah sebenarnya “Cinta” yang dia berikan, “Cinta Sejatikah atau Cinta Buta?”

Berikut ini saya mencoba untuk memaparkan sebahagian yang menyangkut hal-hal tersebut sebagai perbandingan antara “Cinta Sejati dengan Cinta Buta” yang dikutip dari buku berjudul “Biarkan Cinta Bersemi” dan ditulis oleh FATHI MUHAMMAD ATH-THAHIR.

A. Kesamaan antara Cinta Sejati dan Cinta Buta
Cinta Sejati
• Cinta sejati adalah pertemuan ruh dan bersambungnya jiwa-jiwa antara yang mencintai dan yang dicintai.
• Hatinya sibuk dengan yang dicintainya.
• Perasaan menggelora, sentuhan dan kasih sayang antara laki-laki dan perempuan.

Cinta Buta
• Cinta buta itu dimulai dari bertemunya ruh dan bersambungnya jiwa-jiwa antara pecinta buta dan yang dicintai.
• Sangat cinta dalam percintaan “cinta buta”.
• Dimulai dengan perasaan, sentuhan, dan kasih sayang antara laki-laki dan perempuan.

B. Perbedaan antara Cinta Sejati dan Cinta Buta
Cinta Sejati
1. Cinta sejati adalah cinta yang disyariatkan antara laki-laki dan perempuan.
2. Sangat cinta adalah tingkatan cinta yang tidak dikategorikan cinta sejati kecuali apabila berjalan sebentar dan berakhir.
3. Cinta sejati mendorong pemakmuran alam semesta dengan aktivitas dan inovasi.
4. Cinta sejati mendorong melanjutkan eksistensi manusia dengan menikah dan berketurunan secara benar.
5. Cinta sejati memperkuat ikatan keluarga dan bekerja mengharmoniskan hubungan masyarakat.
6. Cinta sejati berdasarkan iman melahirkan cahaya dalam hati, dan dengannya tercipta keajaiban dalam kebaikan.
7. Dapat menjadikan tujuan cinta sejati antara suami dan istri sebagai bentuk mengikuti cinta yang tertinggi, seperti cinta kepada Allah, misalnya.
8. Di antara tabiat cinta sejati adalah ketenangan, kasih sayang, kelembutan, kedamaian, kegembiraan, kebahagiaan, dan ketenteraman hati.
9. Hati pencinta berada dalam genggamannya sesuai kondisi yang dicinta. Jika keadaannya bagus, bertambahlah cinta, dan jika keadaan tidak baik, cinta akan berkurang.
10. Jika pencinta kehilangan kekasihnya, dia tetap sehat akan dan badannya.

Cinta Buta
1. Cinta buta selalu berlebih-lebihan dalam cinta sehingga yang dicintai menguasai hati pencinta buta tanpa berdasarkan syariat.
2. Sangat cinta artinya cinta buta, dan menjadi permulaan tenggelam, gila, dan tidak teratur, serta biasanya dengan syahwat.
3. Pencinta buta tidak menyibukkan diri dari urusan agama dan dunia.
4. Anak yang terlahir dari pasangan cinta buta mewarisi “kegilaan” dari orang tuanya.
5. Cinta buta meregangkan hubungan keluarga dan menebarkan bibit-bibit permusuhan di masyarakat.
6. Jika cinta buta menempati hati, kuat kekuasaannya, ia merusak akal, bahkan bisa jadi pelakunya gila, juga melemahkan kekuatan, selanjutnya menciptakan kerusakan-kerusakan.
7. Hati yang paling jauh dari Allah adalah hati para pecinta buta karena senantiasa melihat gambar atau potret bentuk wanita.
8. Di antara tabiat cinta buta adalah kegelisahan, kesediahan, gila, kurus, napas tak teratur, dan hati tersiksa.
9. Hati pencinta buta ditawan dalam genggaman selainnya yang mencelakakan, dan dia tidak dapat lepas baik itu dalam keadaan kekasihnya baik maupun tidak baik.
10. Jika cinta buta kehilangan kekasihnya, umumnya dia bisa hilang akalnya, dan bisa bunuh diri.

http://cintakalbar.blogspot.com/2009/02/terkadang-kita-bertanya-pada-diri.html

Cinta Dalam Pandangan Islam


Arti Cinta
Cinta adalah persaan jiwa, getaran hati, pancaran naluri. Dan terpautnya
hati org yg mencintai pada pihak yg dicintainya, dg semangat yg menggelora
dan wajah yg selalu menampilkan keceriaan.

Cinta dlm pengertian spt ini mrpk persaaan mendasar dalam diri mns, yg tdk
bisa terlepas dan merupakan sesuatu yg essensial. Dlm banyak hal, cinta
muncul utk mengontrol keinginan ke arah yg lebih baik dan positif. Hal ini
dpt terjadi jk org yg mencintai menjadikan cintanya sbg sarana utk meraih
hasil yg baik dan mulia guna meraih kehidupan sbgmn kehidupan org2 pilihan
dan suci serta org2 yg bertaqwa dan selalu berbuat baik.
Apakah Islam mengakui cinta?
Krn Islam adalah agama yg fitrah, maka Islam mengakui ttg hal ini. Hal yg
sangat mendasar dalam diri manusia. Namun Islam membagi beberapa tingkatan
ttg cinta. Dan tingkatan2 cinta ini akan selalu ada dalam kehidupan ini
sampai saatnya bumi dan seisinya dihancurkan oleh Allah.
Adapun dasar ttg tingkatan cinta dalam Islam, adalah firman Allah pada QS.
9 (At Taubah): 24).
“Jika bapak2, anak2, saudara2, pasangan2, dan kaum keluarga kalian, harta
kekayaan yg kalian usahakan, perniagaan yg kalian khawatirkan kerugiannya,
dan rumah2 tempat tinggal yg kalian sukai, lebih kalian cintai daripada
Allah, Rasul-Nya dan (daripada) jihad di jalanNYa, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan siksaNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang2 yg
fasik”
Cinta pada tingkat tertitinggi adalah cinta kepada Allah, rasulNya dan
jihad dijalanNya.
Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada ortu, anak, keluarga, pasangan
dan saudara.
Adapun cinta yg paling rendah adalah cinta yg lebih mengutamakan harta,
keluarga, daripada cinta kepada Allah, RasulNya dan jihad dijalanNYa.
Hikmah dari Cinta:
1. Cinta adalah proses ujian yg keras dan pahit dalam kehidupan manusia.
Apakah cinta itu dalam perjalanannya akan menghantarkannya kepada jalan yg
mulia atau menghempaskannya kepada jalan yg hina.
2. Jika tidak ada cinta maka di dunia ini tidak akan ada inovasi,
pembangunan dan peradaban.
3. Keberadaan cinta merupakan faktor dominan dalam melestarikan eksistensi
manusia dan interaksinya dengan sesama manusia.
# Ketika cinta diarahkan kpd kebaikan, mk cinta dapat membawa keutuhan,
perdamaian, kebaikan pada kehidupan bermasyarakat.
# Cinta yg ditumbuhkan oleh factor keimanan, maka akan menghasilkan
berbagai hal yg mengagumkan. Dapat mengubah sejarah, menegakkan puncak
kejayaan dan kemuliaan dunia. Sebagai contoh adalah kehidupan generasi
muslim pada masa dahulu.
Dan masih banyak lagi hikmah yg lain dari adanya rasa cinta pada diri
manusia.
Fenomena yg timbul dari tingkatan2 cinta yg ada akan menimbulkan efek yg
berbeda
Pada fenomena tingkatan cinta yg tertinggi, maka akan membuat seseorg
dalam hidupnya untuk selalu mendahulukan cinta kepada Allah , RasulNya dan
jihad dijalannya. Dalam kehidupannya sehari2 tidak ada orientasi selain
kepada Allah. Dia akan selalu merasa yakin bahwa segala sesuatu yg telah
Allah tetapkan adalah yg terbaik bagi manusia Bahwa Allah lebih mengetahui
daripada makhluknya. Kemudian, bagi seseorg yg sudah merasakan nikmatnya
iman, maka dia akan selalu meneladani kepribadian Rasulluh, mencintai
Rasululluh, kmdn dia juga akan mencintai jihad dijalanNya. Akan berjuang
dengan segala apa yg dia miliki.
Firman Allah pada Qs. 28:68.
“Rabbmu menciptakan apa yg Dia kehendaki dan memilih (seorg Rasul diantara
hambaNYa). Sekali2 tidak ada pilihan bagi mereka. Maha suci Allah dan
MahaTinggi dari apa yg mereka persekutukan (denganNya)
Qs. 33: 36
“Tidaklah patut bagi seorg mukmin baik laki2 maupun perempuan jika Allah
dan RasulNya telah menetapkan bagi mereka suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan yg lain dalam urusan mereka…”
Qs.2:140
“Apakah kalian yang lebih mengetahui ataukah Allah?…”
Qs. 2 : 282
“…dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
Adapun dampak yg disebabkan oleh cinta tingkat menengah dalam membentuk
karakter individu, keluarga, dan masyarakat telah amat nyata. Jika tidak
Allah ciptakan cinta pada suami –istri maka tidak akan tercipta keluarga,
tidak akan lahir anak-cucu, tidak akan terjadi proses mengasuh, mendidik
dan memelihara anak.Jika tdk Allah ciptakan cinta pada anak, niscaya dalam
jiwanya tidak akan ada semnagat kekeluargaan, tidak akan kokoh iktakan
kekeluragannnya, tidak akan mengasihi saudaranya. Jika tdk Allah tanamkan
rasa cinta pada manusia maka, mk tidak akan tercipta hubungan social antar
bangsa yg dibangun atas prinsip ta’aruf (saling mengenal)
Dengan demikian cinta tingkat menengah ini amat penting untuk menciptakan
kemashalatan pribadi dan keluarga khususnya dan untuk merealisasikan
kemaahalatan antar bangsa dan seluruh ummat manusia pada umumnya.
Firman Allah tentang hal ini terdapat pada Qs. 49:10
“Sesungguhnya orang2 mukmin itu bersaudara…”
Qs. 49 : 13
“ Wahai manusia seseungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari jenis
laki2 dan perempuandan Kami telah menjadikan kalian berbangsa2 dan
bersuku2 agar kalian saling mengenal…”
Hadits riwayat Bukhari-muslim
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berbuat
baik kepada tetangganya .., hendaklah dia menghormati tamunya”
Dan masih banyak lagi ayat dan hadist yg menceritakan tentang hubungan
antar manusia.
Fenomena Cinta tingkat rendah
Cinta jenis ini ada beberapa macam:
1. Mencintai thougut dan sesembahan selain Allah, seperti menyembah
manusai, batu dsb.
Qs. 2: 165
“Diantara manusia ada orang2 yg menyembah tuhan2 selain Allah. Mereka
mencintai tuhan itu sebagaimana mereka ( org2 mukmin yg mukhlis) mencintai
Allah. Adapun org2 yg beriman jauh lebih besar cintanya kepada Allah
(disbanding cinta org2 kafir terhadap tuhan2 mereka)…”
2. Menjalin tali kasih kepada musuh2 Allah.
Qs. 60:1
“Hai org2 yg beriman, jgnlah kalian menjadikan musuhKU dan musuh kalian
sebagai teman2 setia, yg kalian sampaikan kepada mereka (rahasia org2
mukmin) karena kasih sayang (kepada mereka), padahal sebenarnya mereka
telah ingkar terhadap kebenaran (kitab dan Rasul) yg datang kepada
kalian..”
3. Mengumbar syahwat dan berkubang dalam Lumpur kekejian dan kehinaan.
Qs.3:14
“Dijadikanlah indah pada (hati) manusia kecintaan kepada apa2 yg diingini,
yaitu wanita2…”
4. Mencintai ayah,ibu,anak, istri, suami, keluarga, karir, tanah air
melebihi cintanya kepada Allah, RasulNya dan Jihad dijalannya.
Qs.9:24.
“Jika bapak2, anak2, saudara2, pasangan2, dan kaum keluarga kalian, harta
kekayaan yg kalian usahakan, perniagaan yg kalian khawatirkan kerugiannya,
dan rumah2 tempat tinggal yg kalian sukai, lebih kalian cintai daripada
Allah, Rasul-Nya dan (daripada) jihad di jalanNYa, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan siksaNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang2 yg
fasik”
Nabi salallahu ‘alaihiwassalam bersabda:
“Tidak sempurna iman seseorg dari kalian hingga aku lebih dia cintai
daripada bapak-ibunya, anaknyadan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
5. Menuhankan hawa nafsunya,
Qs. 45:23
“ Bagaimanakah pendapatmu tentang org menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya dan Allah membirakannya sesat berdasarkan ilmuNya?…
Dengan demikian bagi seorang mukmin yg telah diliputi oleh manisnya iman,
maka ia tidak akan rela jika dirinya diliputi oleh cinta pada tingkatan yg
rendah yg akan membunuh karakter manusia dan menghancurkan kemuliaannya.
Bahkan ia akan menjaga kesetiaannya hanya kepada Allah saja. Dia akan
menjaga cintanya untuk tidak akan memberikannya kepada mush2 Islam, Dia
akan menjaga syahwatnya, dan tidak melakukannya dijalan yg bahtil.Dia
tidak akan mencintai kekayaannya, pasangan, anak, orag tuanya,
keluarganya, kedudukannya melebihi cintanya kepada Allah, RasulNya dan
jihad dijalanNya.
Pada akhirnya hanya diri kita sendiri yg akan menentukan pada tingkatan
cinta yg mana kita berada. Dan hal ini hanya Allah dan diri kita saja yg
tahu.
Semoga Allah senantiasa menjaga diri kita agar tidak terjebak pada cinta
tingkat rendah.
Ini saja yg biasa saya sampaikan, mohon maaf atas segala kekhilafan.
Kebenaran hanyalah milik Allah SWT.
**
Sumber: www.kajianmuslimah.wordpress.com
http://cintakalbar.blogspot.com/2009_02_01_archive.html

PERBEDAAN TA’ARUF DAN PACARAN

Kali ini akan dibahas mengenai perbedaan antara Ta'aruf dan pacaran. MAu tau apa perbedaannya? Lanjutkan bacanya

Tujuan :
- taaruf (t) : mengenal calon istri/suami, dengan harapan ketika ada kecocokan antara kedua belah pihak berlanjut dengan pernikahan.
- pacaran (p) : mengenal calon pacar, dengan harapan ketika ada kecocokan antara kedua belah pihak berlanjut dengan pacaran, syukur-syukur bisa nikah …

Kapan dimulai
- t : saat calon suami dan calon istri sudah merasa bahwa menikah adalah suatu kebutuhan, dan sudah siap secara fisik, mental serta materi.
- p : saat sudah diledek sama teman:”koq masih jomblo?”, atau saat butuh temen curhat, atau saat taruhan dengan teman.

Waktu
- t : sesuai dengan adab bertamu.
- p : pagi boleh, siang oke, sore ayo, malam bisa, dini hari klo ngga ada yang komplain juga ngga apa-apa.

Tempat pertemuan
- t : di rumah sang calon, balai pertemuan, musholla, masjid, sekolahan.
- p : di rumah sang calon, kantor, mall, cafe, diskotik, tempat wisata, kendaraan umum & pribadi, pabrik.

Frekuensi pertemuan
- t : lebih sedikit lebih baik karena menghindari zina hati.
- p : lazimnya seminggu sekali, pas malem minggu.

Lama pertemuan
- t : sesuai dengan adab bertamu
- p : selama belum ada yang komplain, lanjut !

Materi pertemuan

- t : kondisi pribadi, keluarga, harapan, serta keinginan di masa depan.
- p : cerita apa aja kejadian minggu ini, ngobrol ngalur-ngidul, ketawa-ketiwi.

Jumlah yang hadir

- t : minimal calon lelaki, calon perempuan, serta seorang pendamping (bertiga). maksimal tidak terbatas (disesuaikan adab tamu).
- p : calon lelaki dan calon perempuan saja (berdua). klo rame-rame bukan pacaran, tapi rombongan.

Biaya
- t : secukupnya dalam rangka menghormati tamu (sesuai adab tamu).
- p : kalau ada biaya: ngapel, kalau ngga ada absent dulu atau cari pinjeman, terus tempat pertemuannya di rumah aja kali ya? tapi gengsi dong pacaran di rumah doang ?? apa kata doi coba ??

Lamanya
- t : ketika sudah tidak ada lagi keraguan di kedua belah pihak, lebih cepat lebih baik. dan ketika informasi sudah cukup (bisa seminggu, sebulan, 2 bulan), apa lagi yang ditunggu-tunggu?
- p : bisa 3 bulan, 6 bulan, setahun, 2 tahun, bahkan mungkin 10 tahun.

Saat tidak ada kecocokan saat proses
- t : salah satu pihak bisa menyatakan tidak ada kecocokan, dan proses stop dengan menyebut alasannya.
- p : salah satu pihak bisa menyatakan tidak ada kecocokan, dan proses stop dengan/tanpa menyebut alasannya.

Oleh : Abdurrahman,S.Ag (Kumpulan Kultum)

http://cintakalbar.blogspot.com/2009/03/perbedaan-taaruf-dan-pacaran.html

Dilema Cinta dan Pacaran

Satu kata yang begitu lekat di hati para remaja khususnya pelajar adalah kata cinta. Mungkin kalau kita mau mengsurvai dii kalangan mereka —dunia pelajar— maka hampir dapat dipastikan mereka akan mengangguk karena sudah mangenal apa yang dinamakan dengan cinta. Bahkan kalau kita mau menanyakan kepada mereka apa itu definisi cinta, maka mereka akan melesungkan pipinya dan tersenyum karena membayangkan apa itu cinta. Mungkin sebagian dari mereka akan menjawab ” Sulit diungkapkan dengan kata-kata, cinta itu mudah dirasainnya dari pada diungkapkannya”. Atau mereka akan menjawab cinta itu adalah rasa kasih sayang kepada orang lain entah itu kepada orang tua, guru, temen atau bahkan kepada pacar. Nah, soal yang satu inilah yang kemudian menimbulkan kesalahan dalam mengartikan cinta. Mereka menganggap cinta itu identik dengan ungkapan rasa sepasang sejoli yang dimabuk asmara. Banyak cara untuk mengungkapkan kata-kata cinta. Bisa dengan cara verbal maupun non verbal. Tetapi hampir 80 % remaja di negeri ini mengungkapkan rasa cinta nya dengan cara verbal. Bahkan tidak hanya di Indonesia saja tetapi di seluuh dunia. Kalau orang Indonesia mengungkapkan cinta dengan “Aku cinta kamu”, orang Inggrin bilang “I love you”, orang Afrika bilang “Ek het jou lief”, orang India bilang ” Hum tumhe pyar karte hae”, orang Jepang bilang “Aishiteru”, orang Mandarin bilang “Wo ai ni” orang Turki bilang “Seni Seviyorum” dan sebagainya. [SEGITIGA/ Maret/ III/ 2001].

Apapun ungkapan mereka dan apapun cara mereka dalam mengungkapkannya tetapi tujuan yang ingin diraih adalah sama yaitu cinta itu sendiri. Salah satu lembaga formal untuk menyatakan cinta itu adalah pacaran dan menikah. Kalau menikah mereka menganggapnya itu tidak mungkin karena mereka masih menamai cintanya adalah cinya monyet. Jadi yang kemudian dipilih untuk menjadi solusi adalah pacaran. Pacaran memang sering di identikkan dengan cinta. Pacaran secara bahasa diartikan sebagai tunangan yang belum diresmikan. Tetapi menurut definisi fakta setelah memperhatikan aktifitas remaja selama melakukan pacaran, pacaran diartikan sebagai hubungan istimewa antara lelaki dan perempuan yang kemudian mengikrarkan diri untuk saling memiliki, yang kemudian mereka mengadakan pertemuan secara khusus (kencan), sedangkan aktifitas rutinnya adalah saling merayu, saling pandang, pegang-pegangan, surat-suratan, telpon-telponan, Email-emailan, kencan, jalan-jalan dan seterusnya. Tetapi kalau kita mau menengok kembali hasil penelitian di Jakarta tahun 1997 oleh Fakultas Psikologi UI Depok terhadap 221 responden, tentang aktifitas pacaran adalah sebagai berikut

Tidak hanya di Jakarta saja, ternyata di Bandung juga pernah dilakukan penelitian oleh mahasiswa Unisba Bandung terhadap 500 responden tentang hal yang sama yang di muat dalam majalah Suara Mahasiswa beberapa waktu yang lalu. Haslinya adalah sebagai berikut :
1. Hubungan pertemanan lawan jenis, konsep apa yang bagus untuk digunakan :
Ø Teman biasa 29 %
Ø Teman akrab 39 %
Ø Pacaran 18,4 %
Ø Lain-lain 7,2 %
Ø Tidak tahu 6,4 %
2. Pendapat tentang konsep pacaran
Ø SS 56, 4 %
Ø STS 9, 2 %
Ø RR 25, 8 %
Ø Tidak tahu 8, 6 %
3. Manfaat pacaran
Ø Teman kencan 7%
Ø Berbagi rasa 65, 2 %
Ø Teman belajar 10, 2 %
Ø Tidak ada 4, 8 %
Ø Tidak tahu 4 %
Ø Lain-laim 8, 8%
4. Yang pernah dilakukan dengan pacar
Ø Pegang tangan 21,8%
Ø Ciuman bibir (lip kiss) 16 %
Ø Deep kiss 8, 6 %
Ø Raba-raba alat vital 8, 2 %
Ø Petting 7, 2 %
Ø Hubungan sexual 7 %
Ø Tidak satupun 11 %
Ø Tidal isi 20, 2 %
5. Pendapat ttg nikah muda
Ø Lebih baik 29, 4 %
Ø Tidak mungkin, karena belon kerja 34, 8 %
Ø Tidak bebas 21, 9 %
Ø Tidak tahu 14, 4 %
Dari data tersebut dapatlah kita lihat bahwa aktifitas pacaran tersebut bukanlah aktifitas ‘pdkt’ (pendekatan), tetapi sudah mengarah kepada prilaku sex bebas. Seperti kasus yang baru-baru ini marak di Bandung. Seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung melakukan adegan panas dengan seorang mahasiswi perguruan tinggi negeri di kota yang sama, yang diabadikan dengan kamera Hendycamp. Ternyata film yang dibuat di salah satu hotel di Bali untuk memperingati 23 bulan mereka pacaran tersebut tersebar luas di kota Bandung. Akhirnya mereka barus rela dipecat dari kampusnnya dan harus berhubungan dengan polisi. [satunet.com].
Lantas apa yang menyebabkan semuanya itu terjadi ?. Ada beberapa analisis yang menyebutkan bahwa rusaknya tatanan sosial dalam pergaulan ini. Psikiater kondang Dadang Hawari yang juga aktif melakukan ceramah-ceramah di masjid dan pengajian ini menunjuk maraknya media masa dan tempat hiburan yang mengundang nafsu syahwat ini sebagai penyebab utama terjadinya prilaku sex bebas. Lihat saja acara media elektronik yang biasa terseji didepan keluarga kita. Hampir semuanya menayangkan prilaku zina, misalnya adegan ciuman sampai persetubuhan, sinetron perselingkuhan, iklan di “tempat tidur”, telenovela yang isinya berkisar masalah sex bebas, hingga komik dan film kartun seperti Crayon Shincan yang membimbing anak-anak untuk bertingkah laku cabul. Salah satu media masa yang kerap mengkampanyekan budaya zina adalah RCTI, stasiun televisi terbesar di negeri ini mengelar acara Angin Malam setiap malam Minggu. Acara tersebut mengupas masalah sex secara vulgar, lengkap, dan detail serta dilengkapi dengan putri malam yang siap mengoyang bagi para penelpon dengan goyangan yang erotis. Acara yang dulu pernah dipandu oleh Dewi Huges itu pernah mengundang Budiman Sujatmiko (Ketua PRD) dan Arswendo Atmowiloto (mantan Pimpinan Redaksi Tabloid Monitor). Temanya pun lumayan serem. Apa yang dilakukan narapidana di sel guna menyalurkan hasrat seksualnya. Dengan enteng Arswendo mantan narapidana akibat kasus pelecehan terhadap Nabi Muhammad SAW tersebut menjawab “kalau saya ya lakukan onani saja”. Tidak hanya tema semacam itu saja yang di kampanyekan tetapi tema-tema seputar perzinahan seperti “Melajang tapi punya anak” dan sebagainya semakin menbuat budaya sex bebas menjadi semakin menggila. Radio pun tak mau ketinggalan jaman untuk mengkampanyekan ide syetan tersebut, contohnya adalah radio Elvictor FM, stasiun radio ternama di Surabaya ini setiap pukul 22.00 pada setiap harinya menyuguhkan acara obrolan bersama seorang waria. Puluhan kaum lelaki antri menelpon, ngobrol dengan Markonah (nama waria tersebut), tentang apalagi kalau enggak masalah sex. Banyak lagi stasiun radio yang sengaja menggelar acara menggugah syahwat dengan dipandu oleh penyiar yang genit diiringi musik dangdut yang bikin jantung berdetak dua kalu lebih cepat dari biasanya. Media cetak semakin memperburuk keadaan. Pasca kebebasan pers dikumandangkan maka muncullah berbagai media yang dengan vulgar mengupas habis tentang tema-tema sex. Sebut saja Popular, Hot, Lipstik, Desah, Asmara, De Suga, Kiss, Jeritan hati, Waw, The X Files, dan masih banyak lagi. Tulisannya pun berkisar tentang tema-tema sex, dengan dilengkapi foto-foto yang mengumbar aurat (yang kebanyakan mengambil begitu saja dari situs porno di internet). Judul-judul tulisannya cenderung menjijikkan. Misalnya majalah Top edisi 53 Th. III, Juli 2001, menulis tentang “Artis-artis Perkuat Organ Seks Lewat Salsa”, Tragedi Lukisan Telanjang Tante Ris, dan Seks Plesie Kota Bengawan. Atau tabloid Kiss edisi 11/TH.1/2001 yang memuat tulisan ” Suamiku Merasa Puas Bila Mensetubuhiku Dengan Kaki Terikat” dan “Affairku dengan Seorang Jaksa Membuahkan Janin di Perutku”. [ http://www.hidayatullah.com ]
Kerap pula kita jumpai kumpulan anak-anak remaja di rental VCD yang menyediakan VCD porno (BF) atau ya minimal Semi BF. Dan ternyata pengemar VCD jenis tersebut adalah kebanyakan anak muda. Kalau anak kecil mungkin belum tahu, dan kalau orang tua buat apa? Ujar Ipong, seorang pedagang VCD di kawasan Cawang (Jakarta). Teknologi Internet juga banyak dimanfaatkan untuk mengakses kemaksiatan. “Kalau anak-anak remaja ke sini, pasti yang “begituan” yang dilihat.” Ujar Ida, pengelola Warnet di kawasan Bekasi, Jawa Barat. Masuk akal bila kasus HIV/AIDS di Indonesia semakin dasyat. RS Cipto mangunkusumo, Jakarta saat ini didatangi 4-10 penderita HIV/AIDS tiap minggunya. Data dari Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Depkes menyebutkan, selama April 2001 terjadi penambahan 2 kasus HIV dan 5 kasus AIDS. Itu yang diketahui. Dementara para ahli sering menyatakan bahwa data tentang HIV/AIDS itu bagaikan gunung es, yang tampak hanyalah permukaan sedikit saja, tetapi yangterpendam sangat banyak. Akibat budaya zina, maka aborsipun menjadi kebiasaan remaja-remaja putri. Baru-baru ini harian Kompas mengutip sebuah penelitian tentang aborsi, dan hasilnya terjadi 2,5 juta aborsi per tahun dan 1,5 juta diantaranya dilakukan oleh kalangan remaja. Data tersebut juga pernah disampaikan oleh WHO yang menyampaikan hasil laporannya bahwa di Asia Tenggara terjadi kasus aborsi sekitar 4,2 juta per tahunnya. 1,3 juta di Vietnam dan Singapura, 155.000-750.000 di Philipina, 300.000-900.000 di Thailand dan di Indonesia 1,5 juta kasus setiap tahunnya. Manakala aborsi gagal, maka muncullah bayi-bayi tak berdosa yang tak tau harus memanggil “ayah” kepada siapa. “Kalau orang setiap hari melihat dan membaca hal-hal yang porno, maka keimanan akan terkikis. Kalau sudah begitu, maka akan lepas kontrol danterjadilah perzinahan.” Kata Dadang Hawari. Yang membuat Dadang heran, Pemerintah sepertinya tidak berusaha memberantas sarana dan prasarana yang mendorong orang untuk berbuat zina. Justru membiarkan bahkan meneguhkannya dengan memungut pajak dari sarana tersebut. ” Di masyarakat kita sekarang, anak masih imit-imut mabok, nyabu, dan berzina sudah biasa. Dan itu tidak ditindak”, katanya lirih.
Khotimah Islam adalah agama yang sempurna seperti firman Allah dalam QS Al-Maidah :3 yang menjamin kepada manusia untuk menyelesaikan setiap permasalahannya dengan Islam. Islam adalah problem solving setiap permasalahan yang muncul termasuk masalah fenomena pacaran dan prilaku sex bebas akhir-akhir ini. Memang Allah telah membekali kepada manusia itu akal dan beberapa naluri, salah satu naluri itu adalah naluri untuk mencintai lawan jenis (ghariyahan-nau’). Setiap naluri itu butuh pemuasan kebutuhan. Sedangkan islam itu hadir untuk mengatur cara pemuasan kebutuhan tersebut. Tetapi semuanya itu tidak akan mungkin bisa dipenuhi perintah Allah dan larangan-Nya itu tanpa dibekali dengan ilmu. Oleh karena itu tidak dapat tidak, ilmu itu harus segera dipelajari sehingga akan memberikan gambaran yang utuh akan tujuan hidup ini. Apabia setiap kaum muslimin itu berpegang teguh terhadap qo’idah hukum syara’ yang berbunyi “hukum asal setiap perbuatan itu tergantung dengan hukum syara” dan mereka faham akanseruan Allah dalam surat An-Nur:31 “Katakan kepada kaum muslimin untuk menundukkan pandangan” serta mereka mengindahkan apa yangtelah disabdakan oleh Rosulullah SAW “Barang siapa yang beriman terhadap Allah dan hari akhir, maka tidaklah boleh seorang laki-laki itu berkholwat dengan seorang wanita tanpa disertai dengan makhromnya(makhrom wanita itu)”. Sehingga apabila kita memahami semuanya itu kita bisa mencintai Allah itu lebih dari mencintai terhadap
makhluk-makhluknya. Dan hal itu tidak akan terwujud dengan tanpa adanya dukungan dari semua elemen masyarakat untuk mau menyadari bahwa apa yang mereka lakukan selama ini adalah salah dan mereka dengan sadar bisa kembali
kepada Islam untuk mengatur seluruh kehidupan. [sig dari berbagai sumber]


http://cintakalbar.blogspot.com/2009/03/dilema-cinta-dan-pacaran.html

Menikah, Kenapa Takut?

Oleh: DR. Amir Faishol Fath
Kita hidup di zaman yang mengajarkan pergaulan bebas, menonjolkan aurat, dan mempertontonkan perzinaan. Bila mereka berani kepada Allah dengan melakukan tindakan yang tidak hanya merusak diri, melainkan juga menghancurkan institusi rumah tangga, mengapa kita takut untuk mentaati Allah dengan membangun rumah tangga yang kokoh? Bila kita beralasan ada resiko yang harus dipikul setelah menikah, bukankah perzinaan juga punya segudang resiko? Bahkan resikonya lebih besar. Bukankankah melajang ada juga resikonya?

Hidup, bagaimanapun adalah sebuah resiko. Mati pun resiko. Yang tidak ada resikonya adalah bahwa kita tidak dilahirkan ke dunia. Tetapi kalau kita berpikir bagaimana lari dari resiko, itu pemecahan yang mustahil. Allah tidak pernah mengajarkan kita agar mencari pemecahan yang mustahil. Bila ternyata segala sesuatu ada resikonya, maksiat maupun taat, mengapa kita tidak segera melangkah kepada sikap yang resikonya lebih baik? Sudah barang tentu bahwa resiko pernikahan lebih baik daripada resiko pergaulan bebas (baca: zina). Karenanya Allah mengajarkan pernikahan dan menolak perzinaan.

Saya sering ngobrol, dengan kawaan-kawan yang masih melajang, padahal ia mampu untuk menikah. Setelah saya kejar alasannya, ternyata semua alasan itu tidak berpijak pada fondasi yang kuat: ada yang beralasan untuk mengumpulkan bekal terlebih dahulu, ada yang beralasan untuk mencari ilmu dulu, dan lain sebagainya. Berikut ini kita akan mengulas mengenai mengapa kita harus segera menikah? Sekaligus di celah pembahasan saya akan menjawab atas beberapa alasan yang pernah mereka kemukakan untuk membenarkan sikap.

Menikah itu Fitrah

Allah Taala menegakkan sunnah-Nya di alam ini atas dasar berpasang-pasangan. Wa min kulli syai’in khalaqnaa zaujain, dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan (Adz-Dzariyaat: 49). Ada siang ada malam, ada laki ada perempuan. Masing-masing memerankan fungsinya sesuai dengan tujuan utama yang telah Allah rencanakan. Tidak ada dari sunnah tersebut yang Allah ubah, kapanpun dan di manapun berada. Walan tajida lisunnatillah tabdilla, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah (Al-Ahzab: 62). Walan tajida lisunnatillah tahwiila, dan kamu tidak akan mendapati perubahan bagi ketetapan kami itu. (Al-Isra: 77)

Dengan melanggar sunnah itu berarti kita telah meletakkan diri pada posisi bahaya. Karena tidak mungkin Allah meletakkan sebuah sunnah tanpa ada kesatuan dan keterkaitan dengan sIstem lainnya yang bekerja secara sempurna secara universal.

Manusia dengan kecanggihan ilmu dan peradabannya yang dicapai, tidak akan pernah mampu menggantikan sunnah ini dengan cara lain yang dikarang otaknya sendiri. Mengapa? Sebab, Allah swt. telah membekali masing-masing manusia dengan fitrah yang sejalan dengan sunnah tersebut. Melanggar sunnah artinya menentang fitrahnya sendiri.

Bila sikap menentang fitrah ini terus-menerus dilakukan, maka yang akan menanggung resikonya adalah manusia itu sendiri. Secara kasat mata, di antara yang paling tampak dari rahasia sunnah berpasang-pasangan ini adalah untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia dari masa ke masa sampai titik waktu yang telah Allah tentukan. Bila institusi pernikahan dihilangkan, bisa dipastikan bahwa mansuia telah musnah sejak ratusan abad yang silam.

Mungkin ada yang nyeletuk, tapi kalau hanya untuk mempertahankan keturunan tidak mesti dengan cara menikah. Dengan pergaulan bebas pun bisa. Anda bisa berkata demikian. Tetapi ada sisi lain dari fitrah yang juga Allah berikan kepada masing-masing manusia, yaitu: cinta dan kasih sayang, mawaddah wa rahmah. Kedua sisi fitrah ini tidak akan pernah mungkin tercapai dengan hanya semata pergaulan bebas. Melainkan harus diikat dengan tali yang Allah ajarkan, yaitu pernikahan. Karena itulah Allah memerintahkan agar kita menikah. Sebab itulah yang paling tepat menurut Allah dalam memenuhi tuntutan fitrah tersebut. Tentu tidak ada bimbingan yang lebih sempurna dan membahagiakan lebih dari daripada bimbingan Allah.

Allah berfirman fankihuu, dengan kata perintah. Ini menunjukan pentingnya hakikat pernikahan bagi manusia. Jika membahayakan, tidak mungkin Allah perintahkan. Malah yang Allah larang adalah perzinaan. Walaa taqrabuzzina, dan janganlah kamu mendekati zina (Al-Israa: 32). Ini menegaskan bahwa setiap yang mendekatkan kepada perzinaan adalah haram, apalagi melakukannya. Mengapa? Sebab Allah menginginkan agar manusia hidup bahagia, aman, dan sentosa sesuai dengan fitrahnya.

Mendekati zina dengan cara apapun, adalah proses penggerogotan terhadap fitrah. Dan sudah terbukti bahwa pergaulan bebas telah melahirkan banyak bencana. Tidak saja pada hancurnya harga diri sebagai manusia, melainkan juga hancurnya kemanusiaan itu sendiri. Tidak jarang kasus seorang ibu yang membuang janinnya ke selokan, ke tong sampah, bahkan dengan sengaja membunuhnya, hanya karena merasa malu menggendong anaknya dari hasil zina.

Perhatikan bagaimanan akibat yang harus diterima ketika institusi pernikahan sebagai fitrah diabaikan. Bisa dibayangkan apa akibat yang akan terjadi jika semua manusia melakukan cara yang sama. Ustadz Fuad Shaleh dalam bukunya liman yuridduz zawaj mengatakan, “Orang yang hidup melajang biasanya sering tidak normal: baik cara berpikir, impian, dan sikapnya. Ia mudah terpedaya oleh syetan, lebih dari mereka yang telah menikah.”

Menikah Itu Ibadah

Dalam surat Ar-Rum: 21, Allah menyebutkan pentingnya mempertahankan hakikat pernikahan dengan sederet bukti-bukti kekuasaan-Nya di alam semesta. Ini menunjukkan bahwa dengan menikah kita telah menegakkan satu sisi dari bukti kekusaan Allah swt. Dalam sebuah kesempatan Rasulullah saw. lebih menguatkan makna pernikahan sebagai ibadah, “Bila seorang menikah berarti ia telah melengkapi separuh dari agamanya, maka hendaknya ia bertakwa kepada Allah pada paruh yang tersisa.” (HR. Baihaqi, hadits Hasan)

Belum lagi dari sisi ibadah sosial. Dimana sebelum menikah kita lebih sibuk dengan dirinya, tapi setelah menikah kita bisa saling melengkapi, mendidik istri dan anak. Semua itu merupakan lapangan pahala yang tak terhingga. Bahkan dengan menikah, seseorang akan lebih terjaga moralnya dari hal-hal yang mendekati perzinaan. Alquran menyebut orang yang telah menikah dengan istilah muhshan atau muhshanah (orang yang terbentengi). Istilah ini sangat kuat dan menggambarkan bahwa kepribadian orang yang telah menikah lebih terjaga dari dosa daripada mereka yang belum menikah.

Bila ternyata pernikahan menunjukkan bukti kekuasan Allah, membantu tercapainya sifat takwa. dan menjaga diri dari tindakan amoral, maka tidak bisa dipungkiri bahwa pernikahan merupakan salah satu ibadah yang tidak kalah pahalanya dengan ibadah-ibadah lainnya. Jika ternyata Anda setiap hari bisa menegakkan ibadah shalat, dengan tenang tanpa merasa terbebani, mengapa Anda merasa berat dan selalu menunda untuk menegakkan ibadah pernikahan, wong ini ibadah dan itupun juga ibadah.

Pernikahan dan Penghasilan

Seringkali saya mendapatkan seorang jejaka yang sudah tiba waktu menikah, jika ditanya mengapa tidak menikah, ia menjawab belum mempunyai penghasilan yang cukup. Padahal waktu itu ia sudah bekerja. Bahkan ia mampu membeli motor dan HP. Tidak sedikit dari mereka yang mempunyai mobil. Setiap hari ia harus memengeluarkan biaya yang cukup besar dari penggunakan HP, motor, dan mobil tersebut. Bila setiap orang berpikir demikian apa yang akan terjadi pada kehidupan manusia?

Saya belum pernah menemukan sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw. melarang seorang sahabatnya yang ingin menikah karena tidak punya penghasilan. Bahkan dalam beberapa riwayat yang pernah saya baca, Rasulullah saw. bila didatangi seorang sahabatnya yang ingin menikah, ia tidak menanyakan berapa penghasilan yang diperoleh perbulan, melainkan apa yang ia punya untuk dijadikan mahar. Mungkin ia mempunyai cincin besi? Jika tidak, mungkin ada pakaiannya yang lebih? Jika tidak, malah ada yang hanya diajarkan agar membayar maharnya dengan menghafal sebagian surat Alquran.

Apa yang tergambar dari kenyatan tersebut adalah bahwa Rasulullah saw. tidak ingin menjadikan pernikahan sebagai masalah, melainkan sebagai pemecah persoalan. Bahwa pernikahan bukan sebuah beban, melainkan tuntutan fitrah yang harus dipenuhi. Seperti kebutuhan Anda terhadap makan, manusia juga butuh untuk menikah. Memang ada sebagian ulama yang tidak menikah sampai akhir hayatnya seperti yang terkumpul dalam buku Al-ulamaul uzzab alladziina aatsarul ilma ‘alaz zawaj. Tetapi, itu bukan untuk diikuti semua orang. Itu adalah perkecualian. Sebab, Rasulullah saw. pernah melarang seorang sahabatanya yang ingin hanya beribadah tanpa menikah, lalu menegaskan bahwa ia juga beribadah tetapi ia juga menikah. Di sini jelas sekali bagaimana Rasulullah saw. selalu menuntun kita agar berjalan dengan fitrah yang telah Allah bekalkan tanpa merasakan beban sedikit pun.

Memang masalah penghasilan hampir selalu menghantui setiap para jejaka muda maupun tua dalam memasuki wilayah pernikahan. Sebab yang terbayang bagi mereka ketika menikah adalah keharusan membangun rumah, memiliki kendaraan, mendidik anak, dan seterusnya di mana itu semua menuntut biaya yang tidak sedikit. Tetapi kenyataannya telah terbukti dalam sejarah hidup manusia sejak ratusan tahun yang lalu bahwa banyak dari mereka yang menikah sambil mencari nafkah. Artinya, tidak dengan memapankan diri secara ekonomi terlebih dahulu. Dan ternyata mereka bisa hidup dan beranak-pinak. Dengan demikian kemapanan ekonomi bukan persyaratan utama bagi sesorang untuk memasuki dunia pernikahan.

Mengapa? Sebab, ada pintu-pintu rezeki yang Allah sediakan setelah pernikahan. Artinya, untuk meraih jatah rezki tersebut pintu masuknya menikah dulu. Jika tidak, rezki itu tidak akan cair. Inilah pengertian ayat iyyakunu fuqara yughnihimullahu min fadhlihi wallahu waasi’un aliim, jika mereka miskin Allah akan mampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha mengetahui (An-Nur: 32). Ini adalah jaminan langsung dari Allah, agar masalah penghasilan tidak dikaitkan dengan pernikahan. Artinya, masalah rezki satu hal dan pernikahan hal yang lain lagi.

Abu Bakar Ash-Shidiq ketika menafsirkan ayat itu berkata, “Taatilah Allah dengan menikah. Allah akan memenuhi janjinya dengan memberimu kekayaan yang cukup.” Al-Qurthubi berkata, “Ini adalah janji Allah untuk memberikan kekayaan bagi mereka yang menikah untuk mencapai ridha Allah, dan menjaga diri dari kemaksiatan.” (lihat Tafsirul Quthubi, Al Jami’ liahkamil Qur’an juz 12 hal. 160, Darul Kutubil Ilmiah, Beirut).

Rasulullah saw. pernah mendorong seorang sahabatnya dengan berkata, “Menikahlah dengan penuh keyakinan kepada Allah dan harapan akan ridhaNya, Allah pasti akan membantu dan memberkahi.” (HR. Thabarni). Dalam hadits lain disebutkan: Tiga hal yang pasti Allah bantu, di antaranya: “Orang menikah untuk menjaga diri dari kemaksiatan.” (HR. Turmudzi dan Nasa’i)

Imam Thawus pernah berkata kepada Ibrahim bin Maysarah, “Menikahlah segera, atau saya akan mengulang perkataan Umar Bin Khattab kepada Abu Zawaid: Tidak ada yang menghalangimu dari pernikahaan kecuali kelemahanmu atau perbuatan maksiat.” (lihat Siyar A’lamun Nubala’ oleh Imam Adz Dzahaby). Ini semua secara makna menguatkan pengertian ayat di atas. Di mana Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya yang bertakwa kepada Allah dengan membangun pernikahan.

Persoalannya sekarangan, mengapa banyak orang berkeluarga yang hidup melarat? Kenyataan ini mungkin membuat banyak jejaka berpikir dua kali untuk menikah. Dalam masalah nasib kita tidak bisa mengeneralisir apa yang terjadi pada sebagian orang. Sebab, masing-masing ada garis nasibnya. Kalau itu pertanyaanya, kita juga bisa bertanya: mengapa Anda bertanya demikian? Bagaimana kalau Anda melihat fakta yang lain lagi bahwa banyak orang yang tadinya melarat dan ternyata setelah menikah hidupnya lebih makmur? Dari sini bahwa pernikahan bukan hambatan, dan kemapanan penghasilan bukan sebuah persyaratan utama.

Yang paling penting adalah kesiapan mental dan kesungguhan untuk memikul tanggung jawab tersebut secara maksimal. Saya yakin bahwa setiap perbuatan ada tanggung jawabnya. Berzina pun bukan berarti setelah itu selesai dan bebas tanggungjawab. Melainkan setelah itu ia harus memikul beban berat akibat kemaksiatan dan perzinaan. Kalau tidak harus mengasuh anak zina, ia harus menanggung dosa zina. Keduanya tanggung jawab yang kalau ditimbang-timbang, tidak kalah beratnya dengan tanggung jawab pernikahan.

Bahkan tanggung jawab menikah jauh lebih ringan, karena masing-masing dari suami istri saling melengkapi dan saling menopang. Ditambah lagi bahwa masing-masing ada jatah rezekinya yang Allah sediakan. Tidak jarang seorang suami yang bisa keluar dari kesulitan ekonomi karena jatah rezeki seorang istri. Bahkan ada sebuah rumah tangga yang jatah rezekinya ditopang oleh anaknya. Perhatikan bagaimana keberkahan pernikahan yang tidak hanya saling menopang dalam mentaati Allah, melainkan juga dalam sisi ekonomi.

Pernikahan dan Menuntut Ilmu

Seorang kawan pernah mengatakan, ia ingin mencari ilmu terlebih dahulu, baru setelah itu menikah. Anehnya, ia tidak habis-habis mencari ilmu. Hampir semua universitas ia cicipi. Usianya sudah begitu lanjut. Bila ditanya kapan menikah, ia menjawab: saya belum selesai mencari ilmu.

Ada sebuah pepatah diucapkan para ulama dalam hal mencari ilmu: lau anffaqta kullaha lan tashila illa ilaa ba’dhiha, seandainya kau infakkan semua usiamu –untuk mencari ilmu–, kau tidak akan mendapatkannya kecuali hanya sebagiannya. Dunia ilmu sangat luas. Seumur hidup kita tidak akan pernah mampu menelusuri semua ilmu. Sementara menikah adalah tuntutan fitrah. Karenanya, tidak ada aturan dalam Islam agar kita mencari ilmu dulu baru setelah itu menikah.

Banyak para ulama yang menikah juga mencari ilmu. Benar, hubungan mencari ilmu di sini sangat berkait erat dengan penghasilan. Tetapi banyak sarjana yang telah menyelesaikan program studinya bahkan ada yang sudah doktor atau profesor, tetapi masih juga pengangguran dan belum mendapatkan pekerjaan. Artinya, menyelesaikan periode studi juga bukan jaminan untuk mendapatkan penghasilan. Sementara pernikahan selalu mendesak tanpa semuanya itu. Di dalam Alquran maupun Sunnah, tidak ada tuntunan keharusan menunda pernikahan demi mencari ilmu atau mencari harta. Bahkan, banyak ayat dan hadits berupa panggilan untuk segera menikah, terlepas apakah kita sedang mencari ilmu atau belum mempunyai penghasilan.

Berbagai pengalaman membuktikan bahwa menikah tidak menghalangi seorang dalam mencari ilmu. Banyak sarjana yang berhasil dalam mencari ilmu sambil menikah. Begitu juga banyak yang gagal. Artinya, semua itu tergantung kemauan orangnya. Bila ia menikah dan tetap berkemauan tinggi untuk mencari ilmu, ia akan berhasil. Sebaliknya, jika setelah menikah kemauannya mencari ilmu melemah, ia gagal. Pada intinya, pernikahan adalah bagian dari kehidupan yang harus juga mendapatkan porsinya. Perjuangan seseorang akan lebih bermakna ketika ia berjuang juga menegakkan rumah tungga yang Islami.

Rasulullah saw. telah memberikan contoh yang sangat mengagumkan dalam masalah pernikahan. Beliau menikah dengan sembilan istri. Padahal beliau secara ekonmi bukan seorang raja atau konglomerat. Tetapi semua itu Rasulullah jalani dengan tenang dan tidak membuat tugas-tugas kerasulannya terbengkalai. Suatu indikasi bahwa pernikahan bukan hal yang harus dipermasalahkan, melainkan harus dipenuhi. Artinya, seorang yang cerdas sebenarnya tidak perlu didorong untuk menikah, sebab Allah telah menciptakan gelora fitrah yang luar biasa dalam dirinya. Dan itu tidak bisa dipungkiri. Masing-masing orang lebih tahu dari orang lain mengenai gelora ini. Dan ia sendiri yang menanggung perih dan kegelisahan gelora ini jika ia terus ditahan-tahan.

Untuk memenuhi tuntutan gelora itu, tidak mesti harus selesai study dulu. Itu bisa ia lakukan sambil berjalan. Kalaupun Anda ingin mengambil langkah seperti para ulama yang tidak menikah (uzzab) demi ilmu, silahkan saja. Tetapi apakah kualitas ilmu Anda benar-benar seperti para ulama itu? Jika tidak, Anda telah rugi dua kali: ilmu tidak maksimal, menikah juga tidak. Bila para ulama uzzab karena saking sibuknya dengan ilmu sampai tidak sempat menikah, apakah Anda telah mencapai kesibukan para ulama itu sehingga Anda tidak ada waktu untuk menikah? Dari sini jika benar-benar ingin ikut jejak ulama uzzab, yang diikuti jangan hanya tidak menikahnya, melainkan tingkat pencapaian ilmunya juga. Agar seimbang.

Kesimpulan

Sebenarnya pernikahan bukan masalah. Menikah adalah jenjang yang harus dilalui dalam kondisi apapun dan bagaimanapun. Ia adalah sunnatullah yang tidak mungkin diganti dengan cara apapun. Bila Rasulullah menganjurkan agar berpuasa, itu hanyalah solusi sementara, ketika kondisi memang benar-benar tidak memungkinkan. Tetapi dalam kondisi normal, sebenarnya tidak ada alasan yang bisa dijadikan pijakan untuk menunda pernikahan.

Agar pernikahan menjadi solusi alternatif, mari kita pindah dari pengertian “pernikahan sebagai beban” ke “pernikahan sebagai ibadah”. Seperti kita merasa senang menegakkan shalat saat tiba waktunya dan menjalankan puasa saat tiba Ramadhan, kita juga seharusnya merasa senang memasuki dunia pernikahan saat tiba waktunya dengan tanpa beban. Apapun kondisi ekonomi kita, bila keharusan menikah telah tiba “jalani saja dengan jiwa tawakkal kepada Allah”. Sudah terbukti, orang-orang bisa menikah sambil mencari nafkah. Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya yang berjuang di jalanNya untuk membangun rumah tangga sejati.

Perhatikan mereka yang suka berbuat maksiat atau berzina. Mereka begitu berani mengerjakan itu semua padahal perbuatan itu tidak hanya dibenci banyak manusia, melainkan lebih dari itu dibenci Allah. Bahkan Allah mengancam mereka dengan siksaan yang pedih. Melihat kenyataan ini, seharusnya kita lebih berani berlomba menegakkan pernikahan, untuk mengimbangi mereka. Terlebih Allah menjanjikan kekayaan suatu jaminan yang luar biasa bagi mereka yang bertakwa kepada-Nya dengan membangun pernikahan. Wallahu a’lam bishshawab.


http://cintakalbar.blogspot.com/2009/03/menikah-kenapa-takut.html

PROPOSAL NIKAH


Postingan ini dibuat untuk anda yang memang orang-orang organisatoris atau perlu sebuah contoh proposal pengajuan nikah kepada orang tua
Proposal Nikah
Karya : 4121x13
Latar Belakang

Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati, saya cintai dan sayangi, semoga Allah selalu memberkahi langkah-langkah kita dan tidak putus-putus memberikan nikmatNya kepada kita. Amin

Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati..sebagai hamba Allah, saya telah diberi berbagai nikmat. Maha Benar Allah yang telah berfirman : "Kami akan perlihatkan tanda-tanda kebesaran kami di ufuk-ufuk dan dalam diri mereka, sehingga mereka dapat mengetahui dengan jelas bahwa Allah itu benar dan Maha Melihat segala sesuatu".

Nikmat tersebut diantaranya ialah fitrah kebutuhan biologis, saling membutuhkan terhadap lawan jenis.. yaitu: Menikah ! Fitrah pemberian Allah yang telah lekat pada kehidupan manusia, dan jika manusia melanggar fitrah pemberian Allah, hanyalah kehancuran yang didapatkannya..Na'udzubillah ! Dan Allah telah berfirman : "Janganlah kalian mendekati zina, karena zina adalah perbuatan yang buruk lagi kotor" (Qs. Al Israa' : 32).

Ibunda dan Ayahanda tercinta..melihat pergaulan anak muda dewasa itu sungguh amat memprihatinkan, mereka seolah tanpa sadar melakukan perbuatan-perbuatan maksiat kepada Allah. Seolah-olah, dikepala mereka yang ada hanya pikiran-pikiran yang mengarah kepada kebahagiaan semu dan sesaat. Belum lagi kalau ditanyakan kepada mereka tentang menikah. "Saya nggak sempat mikirin kawin, sibuk kerja, lagipula saya masih ngumpulin barang dulu," ataupun Kerja belum mapan , belum cukup siap untuk berumah tangga¡¨, begitu kata mereka, padahal kurang apa sih mereka. Mudah-mudahan saya bisa bertahan dan bersabar agar tak berbuat maksiat. Wallahu a'lam.

Ibunda dan Ayahanda tersayang..bercerita tentang pergaulan anak muda yang cenderung bebas pada umumnya, rasanya tidak cukup tinta ini untuk saya torehkan. Setiap saya menulis peristiwa anak muda di majalah Islam, pada saat yang sama terjadi pula peristiwa baru yang menuntut perhatian kita..Astaghfirullah.. Ibunda dan Ayahanda..inilah antara lain yang melatar belakangi saya ingin menyegerakan menikah.

Dasar Pemikiran

Dari Al Qur¡¦an dan Al Hadits :

1.

"Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui." (QS. An Nuur (24) : 32).
2.

"Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah." (QS. Adz Dzariyaat (51) : 49).
3.

¨Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui¡¨ (Qs. Yaa Siin (36) : 36).
4.

Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik (Qs. An Nahl (16) : 72).
5.

Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Qs. Ar. Ruum (30) : 21).
6.

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. At Taubah (9) : 71).
7.

Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah menjadikan kamu satu diri, lalu Ia jadikan daripadanya jodohnya, kemudian Dia kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali. (Qs. An Nisaa (4) : 1).
8.

Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan reski yang melimpah (yaitu : Surga) (Qs. An Nuur (24) : 26).
9.

..Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja..(Qs. An Nisaa' (4) : 3).
10.

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukminah apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sesungguhnya dia telah berbuat kesesatan yang nyata. (Qs. Al Ahzaab (33) : 36).
11.

Anjuran-anjuran Rasulullah untuk Menikah : Rasulullah SAW bersabda: "Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku !"(HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.).
12.

Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah (HR. Tirmidzi).
13.

Dari Aisyah, "Nikahilah olehmu kaum wanita itu, maka sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta (rezeki) bagi kamu¡¨ (HR. Hakim dan Abu Dawud). 14. Jika ada manusia belum hidup bersama pasangannya, berarti hidupnya akan timpang dan tidak berjalan sesuai dengan ketetapan Allah SWT dan orang yang menikah berarti melengkapi agamanya, sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa diberi Allah seorang istri yang sholihah, sesungguhnya telah ditolong separoh agamanya. Dan hendaklah bertaqwa kepada Allah separoh lainnya." (HR. Baihaqi).
14.

Dari Amr Ibnu As, Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya ialah wanita shalihat.(HR. Muslim, Ibnu Majah dan An Nasai).
15.

"Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim) : a. Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah. b. Budak yang menebus dirinya dari tuannya. c. Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram."
16.

"Wahai generasi muda ! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara." (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas'ud).
17.

Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak (HR. Abu Dawud).
18.

Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat yang lain (HR. Abdurrazak dan Baihaqi).
19.

Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan) (HR. Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah).
20.

Rasulullah SAW. bersabda : "Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah" (HR. Bukhari).
21.

Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang hidup membujang, dan kematian kamu semua yang paling hina adalah kematian orang yang memilih hidup membujang (HR. Abu Ya¡¦la dan Thabrani).
22.

Dari Anas, Rasulullah SAW. pernah bersabda : Barang siapa mau bertemu dengan Allah dalam keadaan bersih lagi suci, maka kawinkanlah dengan perempuan terhormat. (HR. Ibnu Majah,dhaif).
23.

Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka (Al Hadits).

Tujuan Pernikahan

1. Melaksanakan perintah Allah dan Sunnah Rasul.
2. Melanjutkan generasi muslim sebagai pengemban risalah Islam.
3. Mewujudkan keluarga Muslim menuju masyarakat Muslim.
4. Mendapatkan cinta dan kasih sayang.
5. Ketenangan Jiwa dengan memelihara kehormatan diri (menghindarkan diri dari perbuatan maksiat / perilaku hina lainnya).
6. Agar kaya (sebaik-baik kekayaan adalah isteri yang shalihat).
7. Meluaskan kekerabatan (menyambung tali silaturahmi / menguatkan ikatan kekeluargaan)

Kesiapan Pribadi

1.

Kondisi Qalb yang sudah mantap dan makin bertambah yakin setelah istikharah. Rasulullah SAW. bersabda : ¡§Man Jadda Wa Jadda¡¨ (Siapa yang bersungguh-sungguh pasti ia akan berhasil melewati rintangan itu).
2.

Termasuk wajib nikah (sulit untuk shaum).
3.

Termasuk tathhir (mensucikan diri).
4.

Secara materi, Insya Allah siap. ¡§Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya¡¨ (Qs. At Thalaq (65) : 7)

Akibat Menunda atau Mempersulit Pernikahan

*

Kerusakan dan kehancuran moral akibat pacaran dan free sex.
*

Tertunda lahirnya generasi penerus risalah.
*

Tidak tenangnya Ruhani dan perasaan, karena Allah baru memberi ketenangan dan kasih sayang bagi orang yang menikah.
*

Menanggung dosa di akhirat kelak, karena tidak dikerjakannya kewajiban menikah saat syarat yang Allah dan RasulNya tetapkan terpenuhi.
*

Apalagi sampai bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Rasulullah SAW. bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia bersunyi sepi berduaan dengan wanita yang tidak didampingi mahramnya, karena yang menjadi pihak ketiganya adalah syaitan." (HR. Ahmad) dan "Sungguh kepala salah seorang diantara kamu ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik, daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya" (HR. Thabrani dan Baihaqi).. Astaghfirullahaladzim.. Na'udzubillahi min dzalik

Namun, umumnya yang terjadi di masyarakat di seputar pernikahan adalah sebagai berikut ini :

*

Status yang mulia bukan lagi yang taqwa, melainkan gelar yang disandang:Ir, DR, SE, SH, ST, dsb
*

Pesta pernikahan yang wah / mahar yang tinggi, sebab merupakan kebanggaan tersendiri, bukan di selenggarakan penuh ketawadhu'an sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. (Pernikahan hendaklah dilandasi semata-mata hanya mencari ridha Allah dan RasulNya. Bukan di campuri dengan harapan ridha dari manusia (sanjungan, tidak enak kata orang). Saya yakin sekali.. bila Allah ridha pada apa yang kita kerjakan, maka kita akan selamat di dunia dan di akhirat kelak.)
*

Pernikahan dianggap penghalang untuk menyenangkan orang tua.
*

Masyarakat menganggap pernikahan akan merepotkan Studi, padahal justru dengan menikah penglihatan lebih terjaga dari hal-hal yang haram, dan semakin semangat menyelesaikan kuliah.

Memperbaiki Niat :

Innamal a'malu binniyat....... Niat adalah kebangkitan jiwa dan kecenderungan pada apa-apa yang muncul padanya berupa tujuan yang dituntut yang penting baginya, baik secara segera maupun ditangguhkan.

Niat Ketika Memilih Pendamping


Rasulullah bersabda "Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya."(HR. Thabrani).

"Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama". (HR. Ibnu Majah).

Nabi SAW. bersabda : Janganlah kalian menikahi kerabat dekat, sebab (akibatnya) dapat melahirkan anak yang lemah (baik akal dan fisiknya) (Al Hadits).

Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda, ¡§Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama." (HR. Muslim dan Tirmidzi). Niat dalam Proses Pernikahan

Masalah niat tak berhenti sampai memilih pendamping. Niat masih terus menyertai berbagai urusan yang berkenaan dengan terjadinya pernikahan. Mulai dari memberi mahar, menebar undangan walimah, menyelenggarakan walimah. Walimah lebih dari dua hari lebih dekat pada mudharat, sedang walimah hari ketiga termasuk riya'. "Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan."(Qs. An Nisaa (4) : 4).

Rasulullah SAW bersabda : "Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang paling ringan maharnya" (HR. Ahmad, Al Hakim, Al Baihaqi dengan sanad yang shahih). Dari Aisyah, bahwasanya Rasulullah SAW. telah bersabda, "Sesungguhnya berkah nikah yang besar ialah yang sederhana belanjanya (maharnya)" (HR. Ahmad). Nabi SAW pernah berjanji : "Jangan mempermahal nilai mahar. Sesungguhnya kalau lelaki itu mulia di dunia dan takwa di sisi Allah, maka Rasulullah sendiri yang akan menjadi wali pernikahannya." (HR. Ashhabus Sunan). Dari Anas, dia berkata : " Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar berupa keIslamannya" (Ditakhrij dari An Nasa'i)..Subhanallah..

Proses pernikahan mempengaruhi niat. Proses pernikahan yang sederhana dan mudah insya Allah akan mendekatkan kepada bersihnya niat, memudahkan proses pernikahan bisa menjernihkan niat. Sedangkan mempersulit proses pernikahan akan mengkotori niat. "Adakanlah perayaan sekalipun hanya memotong seekor kambing." (HR. Bukhari dan Muslim)

Pernikahan haruslah memenuhi kriteria Lillah, Billah, dan Ilallah. Yang dimaksud Lillah, ialah niat nikah itu harus karena Allah. Proses dan caranya harus Billah, sesuai dengan ketentuan dari Allah.. Termasuk didalamnya dalam pemilihan calon, dan proses menuju jenjang pernikahan (bersih dari pacaran / nafsu atau tidak). Terakhir Ilallah, tujuannya dalam rangka menggapai keridhoan Allah.

Sehingga dalam penyelenggaraan nikah tidak bermaksiat pada Allah ; misalnya : adanya pemisahan antara tamu lelaki dan wanita, tidak berlebih-lebihan, tidak makan sambil berdiri (adab makanan dimasyarakat biasanya standing party-ini yang harus di hindari, padahal tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang demikian), Pengantin tidak disandingkan, adab mendo'akan pengantin dengan do'a : Barokallahu laka wa baroka 'alaikum wa jama'a baynakuma fii khoir.. (Semoga Allah membarakahi kalian dan melimpahkan barakah kepada kalian), tidak bersalaman dengan lawan jenis, Tidak berhias secara berlebihan ("Dan janganlah bertabarruj (berhias) seperti tabarrujnya jahiliyah yang pertama" - Qs. Al Ahzab (33),

Meraih Pernikahan Ruhani

Jika seseorang sudah dipenuhi dengan kecintaan dan kerinduan pada Allah, maka ia akan berusaha mencari seseorang yang sama dengannya. Secara psikologis, seseorang akan merasa tenang dan tentram jika berdampingan dengan orang yang sama dengannya, baik dalam perasaan, pandangan hidup dan lain sebagainya. Karena itu, berbahagialah seseorang yang dapat merasakan cinta Allah dari pasangan hidupnya, yakni orang yang dalam hatinya Allah hadir secara penuh. Mereka saling mencintai bukan atas nama diri mereka, melainkan atas nama Allah dan untuk Allah.

Betapa indahnya pertemuan dua insan yang saling mencintai dan merindukan Allah. Pernikahan mereka bukanlah semata-mata pertemuan dua insan yang berlainan jenis, melainkan pertemuan dua ruhani yang sedang meniti perjalanan menuju Allah, kekasih yang mereka cintai. Itulah yang dimaksud dengan pernikahan ruhani. KALO KITA BERKUALITAS DI SISI ALLAH, PASTI YANG AKAN DATANG JUGA SEORANG (JODOH UNTUK KITA) YANG BERKUALITAS PULA (Al Izzah 18 / Th. 2)

Penutup

"Hai, orang-orang beriman !! Janganlah kamu mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah kepada kamu dan jangan kamu melampaui batas, karena Allah tidak suka kepada orang-orang yang melampaui batas." (Qs. Al Maidaah (5) : 87).

Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Dan sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Qs. Alam Nasyrah (94) : 5- 6 ).

Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati, saya sayangi dan saya cintai atas nama Allah.. demikanlah proposal ini (secara fitrah) saya tuliskan. Saya sangat berharap Ibunda dan Ayahanda.. memahami keinginan saya. Atas restu dan doa dari Ibunda serta Ayahanda..saya ucapkan "Jazakumullah Khairan katsiira". "Ya Allah, jadikanlah aku ridho terhadap apa-apa yang Engkau tetapkan dan jadikan barokah apa-apa yang telah Engkau takdirkan, sehingga tidak ingin aku menyegerakan apa-apa yang engkau tunda dan menunda apa-apa yang Engkau segerakan.. YA ALLAH BERILAH PAHALA DALAM MUSIBAHKU KALI INI DAN GANTIKAN UNTUKKU YANG LEBIH BAIK DARINYA.. Amiin"

====================================
Dedicated to : My inspiration .... yang pernah singgah dan menghuni "hati" ...Astaghfirullah !! Saat langkah ada didunia maya, tak menapak di bumi-Nya..Lalu, kucoba atur gelombang asa..Robbi kudengar panggilanMu tuk meniti jalan RidhoMu.. Kuharap ada penolong dari hambaMu meneguhkan tapak kakiku di jalan-Mu dan menemani panjangnya jalan dakwah yang harus aku titi.. " Saat Cinta dan Rindu tuk gapai Syurga dan Syahid di jalanNya makin membuncah.."
====================================

Maraji / Referensi :

1.

Majalah Ishlah, Edisi Awal Tahun 1995.
2.

Fiqh Islam, H. Sulaiman Rasyid, 1994, Cet. 27, Bandung, Sinar Baru Algesindo.
3.

Fikih Sunnah 6, Sayyid Sabiq, 1980, cet. 15, Bandung, Pt. Al Ma'arif.
4.

Kupinang Engkau dengan Hamdalah, Muhammad Faudzil Adhim, 1998, Yogyakarta, Mitra Pustaka.
5.

Indahnya Pernikahan Dini, Muhammad Faudzil Adhim, 2002, Cet. 1, Jakarta, Gema Insani Press.
6.

Rintangan Pernikahan dan Pemecahannya, Abdullah Nashih Ulwan, 1997, Cet. 1, Jakarta, Studia Press.
7.

Perkawinan Masalah Orang muda, Orang Tua dan Negara, Abdullah Nashih Ulwan, 1996, Cet. 5, Jakarta, Gema Insani Press.
8.

Kebebasan Wanita, jilid 1, 5, 6, A.H.A. Syuqqah, 1998, Cet.1, Jakarta, Gema Insani Press
9.

Sulitnya Berumah Tangga, Muhammad Utsman Al Khasyt, 1999, Cet. 18, Jakarta, Gema Insani Press.
10.

Majalah Cerdas Pemuda Islam Al Izzah, Wahai Pemuda, Menikahlah, No. 17/Th. 2 31 Mei 2001, Jakarta, YPDS Al Mukhtar.

sumber dudunk.net

http://cintakalbar.blogspot.com/2009/03/proposal-nikah.html